Ada seorang Joko, pria asal Mojokerto. Sejak kecil si Joko ini memang terkenal pintar dan selalu dipuji kepintarannya, baik oleh keluarga, teman maupun guru2nya. Waktu SD dia loncat kelas 2x, kemudian masuk SMP terbaik di Mojokerto, lalu masuk SMAN 8 Jakarta (smandel) yang katanya SMA terbaik di Indonesia (masih?). Kemudian dengan ‘gampang’nya Joko masuk teknik Mesin UI. Well, ini bukan hal yang luar biasa bagi anak smandel, konon 80-90% tamatan smandel masuk PTN (masih??) Saking cerdasnya Joko mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi S2 dan S3, dan karena dia sangat berminat akan bajaj-kendaraan roda tiga asal India- dia pun melanjutkan kuliahnya di India. Prestasi akademis Joko luar biasa, seiring itu pujian dan sanjungan akan kepintaran selalu masuk telinganya.
Minggu lalu Joko dinobatkan menjadi profesor di bidang bajaj di sebuah universitas tehnik di Bombay . Joko bangga sekali menjadi profesor di usianya yang masih sanngat belia, keluarga dan teman-temannya pun sangat bangga. Dan, lagi2 aneka pujian serta sanjungan indah akan kepintarannya masuk ketelinganya…
Suatu hari Joko sang profesor bajaj pulang ke Mojokerto, menjenguk eyangnya. Kemudian dia pun ke Jakarta, mengunjungi UI almamaternya dan juga smandel tercinta. Joko naik kereta ke Depok, dan sepanjang perjalanan dia melulu komplain dengan kehidupan Jakarta dan sistemnya yang ribet dan memprihatinkan. Well, keadaan Bombay juga masih jauh dari sempurna, tetapi selalu saja ladang tetangga lebih indah dari ladang sendiri…..
Dari stasiun Tebet, Joko naik bajaj ke smandel yang lokasinya di Bukit Duri, Manggarai. Sepanjang perjalanan, meskipun suasana sudah berisik dengan mesin bajaj, Joko tetap berceloteh ria dengan si tukang bajaj. Sesampainya di Bukit Duri, si tukang bajaj menegur Joko, meminta supaya Joko berusaha untuk tidak muncrat2 (ludahnya) bila bicara. Si Joko ini memang punya kebiasaan ludahnya muncrat2 saat bicara, dan dia telah membasahi bagian belakang baju si tukang bajaj karena sepanjang perjalanan dia bicara terus.
Niat si tukang bajaj itu baik, karena bicara dengan ludah muncrat2 kan kurang menyenangkan terhadap lawan bicara…Tetapi Joko berang sekali di tegur demikian. Belum pernah ada orang yang menegurnya sedemikian rupa seumur hidupnya. Apalagi yang menegurnya hanyalah seorang tukang bajaj! Dengan mimik yang merah padam, Joko marah terhadap tukang bajaj itu “Heh, tukang bajaj! Kamu itu taunya apa sih? Kamu kan cuman tukang bajaj doang, saya itu PROFESOR!!! Saya profesor di bidang bajaj! Saya mendalami bajaj selama 15 tahun.
“Untuk per-bajaj-an saya jauh lebih ahli dibidang kamu, koq kamu sok nasehatin saya tentang cara bicara yang baik? Kamu tau apa soal cara bicara yang baik?” Si tukang bajaj ketakutan melihat reaksi Joko itu, dia hanya berani bilang ”Maaf pak, saya memang bukan orang sekolahan, saya hanya tukang bajaj yang sudah 30 tahun narik bajaj. Saya hanya mmelihat kebiasaan bapak yang bicara dengan ludah muncrat2 itu sebagai sesuatu yang kurang baik. Bila bapak bisa memperbaiki, bukankah akan lebih baik buat bapak sendiri”.
Tahukah anda apa candu manusia modern?
Pujian dan sanjungan…Manusia modern terbiasa dipuji sejak kecil, dipuji karena pintar, cantik,baik sopan, jago masak, jago main biola,dsb. Bila tak ada yang memuji, rasnya seperti lapo tuak tanpa sengsang atau restoran padang tanpa rendang. Tidak klop…ada sesuatu yang kurang…Karena keterikatan dengan candu pujian, manusia modern pun susah untuk dikritik ataupun menerima kritikan, apalagi bila yang mengkritik adalah orang yang posisi atau backgrounya lebih rendah darinya. Orang tersebut dianggap tidak pantas untuk menasehatinya…..
Ada aneka argumen kenapa manusia modern menolak untuk dikritik ataupun dinasehati. Ada yang memakai pepatah’kutu dikepala orang eskimo yang nun jauh di kutub utara tampak jelas, sementara beruang di depan mata sendiri gak keliatan’
(pepatah aslinya gimana sih?)
Well, gak ada orang yang sempurna dan setiap orang tak akan pernah menjadi sempurna. Bila kita, menunggu sampai diri kita sempurna (beruang didepan mata hilang), berarti tidak akan pernah ada nasehat didunia.
Seorang ayah tidak bisa menasehati anaknya karena kadang dia masih suka bohong terhadap istrinya. Seorang ibu pun sama saja keadaanya. Kasian bener kan anaknya yang tak akan pernah mendapat nasehat dari ortu-nya? Dan bila kita hanya sibuk dengan beruang didepan mata sendiri tanpa peduli dengan lainnya, berarti kita orang yang egois… Ada pula argumen ‘jangan menghakimi orang lain’. Dari segi linguistik, definisi menghakimi itu sangat berbeda dengan definisi menasehati ataupun mengkritik. Dan umunya teguran tidak bersifat menghakimi.
Bagi sebagian orang lainnya, meraka memilih diam, tidak menegur ataupun menasehati demi menjaga tali silaturahmi alias takut merusak hubungan baik. Bila demikian halnya, berarti kita tidak berusaha menjadi teman yang baik untuk orang itu. Sebab teman yang baik akan memberi tau apap yang lebih baik untuk temannya, meskipun itu menyakitkan untuk dia….
Apakah anda termasuk pecandu pujian dan sanjungan?
Bila hari ini anda dikritik atasan anda atau ditegur tukang parkir, apakah anda langsung ngambek, marah dan lari (termasuk lari dari pekerjaan alias berhentikerja)? Bila anda termasuk pecandu pujian sanjungan,coba deh keluar dari candu itu pelan-pelan… Selamat mencoba!
No comments:
Post a Comment